Minggu, 10 Oktober 2021

RUANG Hidup Yang Redup




Gambar 1: wisata alam Bantimurung, Sulawesi Selatan.
  
HIDUP MANUSIA DENGAN ALAM
Sentuh aku dengan hatimu maka akan kuberikan keindahan bagimu; memiliki makna yang mendalam bagi semua insan untuk menjaga dan melestarikan alam seperti dirinya sendiri. Alam membutuhkan manusia untuk dilestarikan, manusia membutuhkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (alam tanpa manusia sepi, manusia tanpa alam mati). Saling interaksi yang positif dapat memberikan keuntungan dalam kehidupan bersama.  manjaga dan melesetraikan alam merupakan wujud ketaatan manusia kepada Allah sebagai sumber pencipta alam semesta. dalam konsep (Eco-Teologi,  Kejadian 2). Tapi, Realita sekarang sebaliknya, kebobrokan manusia adanya pengrusakan,  eksploitasi lingkungan/alam besar-besaran dimana-mana hal ini telihat telah terjadi  di beberpa pulau di Indonesia sepaerti  kalimantan, Maluku dan Papua.  hal ini sesungguhnya membuka mata serta memberikan kesadaran bagi kita semuanya sebagai masyarakat adat, tetapi juga sebagai umat Tuhan yg sadar akan perintah sang pencipta alam semesta, pentingnya menjaga alam/lingkungan hidup kita. dan tidak boleh membuka diri terhadap perusahan atau industrialisai yang hanya mencari kepentingan pribadi masuk untuk merusak alam/lingkungan hidup. 
kata filusuf Prancis Jean Jacque Rousseau. "Semua dalam keadaan baik pada waktu datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak/buruk di tangan manusia."

Gambar 2: Kerusakan Ekologis di pulau Kalimantan.
Tidak jarang kebutuhan akan makanan dan kekayaan itu mendorong kaum Borjuis, dan kaum kapitalis  untuk mengambil tindakan yang mengancam lingkungan hidup. Apakah segala hutan, padang rumput, binatang liar perlu dikorbankan demi kehidupan manusia? itu dikorbankan?
Kalau begitu, apakah yang terjadi sesudah semuanya Pertanyaan semacam itu mendorong orang untuk berpikir lebih jauh tentang hubungan timbal balik antara semua unsur lingkungan alam. Tatkala pertumbuhan jumlah penduduk agak seimbang secara nisbi dengan sumber alam, orang cenderung tidak memperhatikan dirinya sebagai anggota seluruh mata rantai kehidupan. Alhasil negeri-negeri Dunia Pertama menebang pohon, membajak padang rumput, mengotori sungai, danau dan laut, mencemarkan udara dengan pembakaran bahan bakar fosil batubara, bensin dan disel, seakan-akan dunia alam itu dapat diperkosa sewenang-wenang tanpa mengancam kerusakannya. Sesudah bertindak tidak bertanggung jawab selama bertahun-tahun, sebagian dari warga dan pemerintah negeri tersebut semakin sadar akan kesalahan praktek buruk itu. Gejala pertama yang menunjukkan perubahan pemikiran itu diambil tatkala pemerintah Amerika Serikat mendirikan taman nasional pertama pada tahun 1872: Sejak itu pendirian dan pemeliharaan taman nasional seperti itu diteruskan di negara-negara lain. Tetapi kebanyakan taman nasional terancam oleh pelbagai macam pencemaran dan ancaman yang timbul dari tekanan penduduk. Masalah pencemaran lingkungan hidup ini tidak mengenal batas-batas negara, tetapi masalah yang paling kritis terjadi di negara-negara yang mempunyai hutan hujan. Penebangan banyak pohon hutan hujan demi perkayuan, pertanian dan bahan bakar cenderung mengubah iklim dunia secara drastis, memunahkan binatang liar dan tanaman; sebagian dari antara yang terakhir ini belum sempat dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.

#Refleksi Diri Tentang Hidup Alam

Bantimurung Makassar, 09 Oktober 2021.


Ferius Feliks Iba 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langkah-langkah persiapan Berani Menikah Mengakhiri masa Lajang

Ada beberapa langkah persiapan menjalani pernikahan kristen.  1. Doa dan Pertimbangan: Berdoa dan merenungkan apakah Anda siap u...