Minggu, 14 Agustus 2022

ANALOGI AKAR DAN BUAH PISANG

"Kerendahan Hati dan Ketaatan"


Ketika menikmati buah pisang, kita senang karena rasanya yang nikmat. Apalagi, kita mendapatkan segudang manfaat untuk kebutuhan tubuh kita. Namun, adakalanya kita kekenyangan dan sisanya kita buang begitu saja. Nah, ketika menikmatinya, pernahkah Saudara memikirkan dari mana asal buah pisang itu? Mungkin Saudara langsung menjawab: dibeli di pasar atau diambil di kebun sendiri.

Bukan itu yang saya maksud, Saudara. Entah dibeli entah diambil sendiri, pernahkah kita merenungkan: Dari mana buah pisang itu berasal? Seperti apa prosesnya sehingga pohon pisang itu menghasilkan buah yang akhirnya menjadi matang? Siapa yang bekerja keras menjadikannya matang? Inilah jawabannya, setiap bagian dari pohon pisang itu memunyai perannya masing-masing.

Namun, ada satu bagian pohon yang bekerja keras siang dan malam, hujan atau panas, tanpa pernah mengangkat kepala. Selamanya ia tidak pernah mengangkat muka, menunjukkan siapa dirinya. Ia tidak pernah memberi tahu orang-orang bahwa buah pisang yang nikmat itu adalah hasil kerja kerasnya siang dan malam. Ia tidak pernah menuntut dihormati, tidak pernah minta dihargai. Bahkan, ia rela bekerja di bagian yang tersembunyi, jauh dari penglihatan orang.

Ya, bagian yang saya maksud adalah akar! Akar pohon tidak pernah lelah, tidak pernah mengeluh, tidak memberontak, tidak protes, tidak membantah, tidak berdebat, tidak mengangkat muka, tidak memukul dada, dan tidak memuji diri sendiri. Ia tetap tunduk, bekerja keras mencari air dan makanan agar pohon tetap subur serta berbuah dengan baik.

Saudara-saudara, adalah tepat jika analogi tersebut ditempatkan dalam pengorbanan Yesus bagi kita.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, la telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bakan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Flp. 2:5-11)

Meskipun setara dengan Allah, Yesus rela merendahkan diri-Nya. la mengosongkan diri dan menjadi hamba, sama seperti manusia. Ia taat. Dengan kekuatan kerendahan hati serta ketaatan, Yesus menyelamatkan umat manusia.

Sebagai orang Kristen, di mana pun kita bertugas (entah di gereja, entah di instansi pemerintahan, entah di perusahaan swasta), kita diminta untuk tidak mencari perhatian, tidak mencari pujian dari atasan. Namun, hendaklah kita menjadi seperti akar pohon, yang setia dan taat mencari makanan serta air untuk mendukung dan menopang kehidupan pohon agar bertumbuh serta berbuah. Biarlah Tuhan yang menilai kerja kita. Tuhan melihat apa yang tersembunyi.

Biarlah pekerjaan kita menjadi berkat dan memuliakan nama Tuhan. Jangan merampas kemuliaan-Nya. Muliakanlah nama Tuhan.
TUHAN YESUS MEMBERKATI..

Makassar, 14 Agustus 2022

#FFI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langkah-langkah persiapan Berani Menikah Mengakhiri masa Lajang

Ada beberapa langkah persiapan menjalani pernikahan kristen.  1. Doa dan Pertimbangan: Berdoa dan merenungkan apakah Anda siap u...